A.
Terminologi Islam tentang IPTEK
Agama Islam datang dan diturunkan melalui wahyu Allah,
sedangkan ilmu pengetahuan merupakan hasil olah pikir dan akal budi manusia
ciptaan Allah. Karena itu, kebenaran ilmu pengetahuan dan agama berbeda. Yang
satu bersifat apa adanya (given) dari Allah yang mutlak kebenarannya, sedangkan
yang lain diciptakan dan disusun oleh manusia yang kebenarannya bersifat
relatif. Walau demikian, agama Islam dan ilmu pengetahuan pada hakikatnya
bersumber dari Allah dan Allah mendorong manusia untuk menguasai ilmu
pengetahuan.
Dengan demikian, agama Islam tidak menentang atau
menghambat lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang sering
disangkakan orang. Bahkan sebaliknya Islam justru mendorong lajunya ilmu
pengetahuan dan teknologi, karena penguasaan hal tersebut merupakan perwujudan
dari tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dibekali akal untuk
berfikir.
Ilmu pengetahuan sebagai produk akal senantiasa dapat
diikuti oleh Agama Islam, karena Islam memberikan tempat yang tulus bagi
pengembangan pemikiran manusia. Akal diperintahkan untuk bekerja dengan giat
memikirkan dengan serius dan mendalam terhadap segala hal dan segala peristiwa
di alam raya ini. Sesuai firman Allah QS. Yunus ayat 101.
Ayat tersebut mendorong manusia untuk mengadakan pengamatan
pada langit, bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disana. Pengamatan,
penelitian, dan observasi merupakan bagian dari metode yang digunakan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian agama Islam memandang ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam pandangan yang positif, bahkan mendorong manusia untuk menggali
dan mengembangkannya.
Ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam, tidak dibiarkan
berdiri ditempat netral dan berjalan sendiri. Ilmu bukan untuk ilmu itu
sendiri, tetapi ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia. Bahkan ilmu
pengetahuan diarahkan kepada pencarian kebenaran yang dapat difungsikan untuk
menambah keyakinan akan kemahakuasaan Allah dan kebenaran agama.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah kumpulan rasionalitas
manusia yang dihasilkan dari logika dan fenomena-fenomena alam. Gejala-gejala
alam adalah aturan baku yang ditetapkan Allah atas alam semesta yang disebut
sunnatullah. Ilmu pengetahuan pada dasarnya hasil upaya manusia mendeskripsikan
secara rasional dan sistematik hukum-hukum (sunatullah) tersebut. Jika ilmu
pengetahuan merupakan deskripsi sunatullah, maka sumber ilmu pengetahuan adalah
Allah sendiri.
Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan secara
sistematis untuk memanfaatkan alam disekelilingnya dan mengendalikan
gejala-gejala yang dapat dikemudikan manusia dalam proses-proses produktif yang
ekonomis. Teknologi sebagai penerapan ilmu pengetahuan diarahkan kepada
kepentingan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Kesejahteraan manusia tidak
terletak pada pemenuhan kebutuhan material semata, melainkan juga kebutuhan
rohaniah. Jadi, IPTEK ditempatkan sebagai alat bukan tujuan.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menghayati
kuasaan Allah yang tidak terbatas sehingga manusia dapat merasakan keterbatasan
dan kelemahan dirinya dihadapan Allah. Karena itu sudah sepantasnya manusia
menghambakan dirinya kepada Allah Yang Maha Kuasa.Islam menempatkan
ilmu pengetahuan pada tempat yang tinggi dan mulia, sesuai dengan QS.
Al-Mujaadillah ayat 11. Penyebutan orang yang beriman dan berilmu
mengisyaratkan bersatunya iman dengan ilmu. karena itu, dalam pandangan Islam
ilmu pengetahuan tidak bebas nilai, ia selalu memihak kepada kebaikan dan
kebenaran.
Alam yang luas menjadi objek ilmu pengetahuan adalah bukti
kekuasaan Allah yang tidak terhingga sebagaimana diungkapkan dalam Firman-Nya
(QS. Al-Baqarah:255). Ayat ini menunjukkan bahwa sangat luas kekuasaan Allah
(ilmu-Nya) antara langit dan bumi. Hal ini menunjukkan bahwa sangatlah luas
ilmu yang bisa digali di alam semesta ini. Betapa luasnya ranah tersebut,
sehingga kalaupun manusia memperoleh ilmu pengetahuan, dalam pandangan Allah
ilmu tersebut masih sangat sedikit.
Dengan demikian, tampaklah bahwa agama Islam berpandangan
sangat luas dan positif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong
umatnya untuk menguasainya dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan umat manusia
dan keridhaan Allah SWT.
Menurut Prof. Dr.Harun Nasution falsafah berasal dari kata
Arab falsafah. Orang Arab memindahkan kata Yunani Philosophoia (filsafat) ke
dalam bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa dengan pola fa'lala,
fa'lalah dan fi'lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa
seharusnya menjadi falsafah atau filsaf.
Secara etimologi, defenisi filsafat sebagai berikut
:
a. Pengetahuan tentang hikmah
b. Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar
c. Mencari kebenaran
d. Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas.
Menuru Al Kindi, sebagai ahli pikir pertama
dalam filsafat Islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat islam
membagi filsafat itu dalam tiga lapangan :
1.Ilmu fisika (al ilmu al-thobiiyyat) merupakan tingkatan
rendah
2.Ilmu matematika (al ilmu al riyadi), merupakan tingkatan
tengah
3.Ilmu ketuhanan (al ilmu al rububiyyat), merupakan tingkatan
tertinggi.
Menurut Al Farobi, mengatakan bahwa filsafat
ialah mengetahui semua yang ujud karena ia ujud (al'ilmu bi alma ujudaat bima
hiya maujudah). Dari sini ia membagi lapangan filsafat menjadi dua yaitu :
1.Filsafat teori (al falsafah al nadariyah), mengetahui yang
ada tanpa tuntutan untuk mewujudkannya dalam amal.
2.Filsafat praktek (al falsafah) al 'amaliyah), mengetahui
sesuatu yang seharusnya diujudkan dengan amal, yang melahirkan tenaga untuk
melakukan bagian-bagiannya yang baik.
Pada mulanya filsafat memang
diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of sciences). Mulannya
filsafat harus mampu menjawab pertanyaan tentang segala sesuatu dan segala
macam hal. Soal-soal yang berhubungan dengan alam semesta, manusia dengan
segala problematika dan kehidupannya. Kemudian karena perkembangan
dan keadaan masyarakat, banyak problem yang tidak bisa dijawab lagi oleh
filsafat. Lahirlah ilmu pengetahuan yang sanggup memberi jawaban terhadap
problem-problem tersebut.
Perkembangan filsafat dalam
dunia islam, nampak nyata setelah umat Islam-bangsa Arab muslim pada masa itu
berkomunikasi dengan dunia sekitarnya, berhubung dengan peradaban kebudayaan dan bangsa-bangsa yang didudukinya serta menerima pengaruh
dari padanya. Perkembangan filsafat tersebut dipercepat oleh kaum muslimin
dengan adanya usaha penerjemahan berbagai macam buku ilmu pengetahuan,
terutama filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab.
Namun demikian, bukan berarti
bahwa pemikiran-pemikiran filosofis belum dikenal oleh umat Islam sebelum itu.
Sebelum masuknya istilah filsafat dan filosof dalam dunia islam, umat islam
telah mengenal istilah "al hikmah" dan usaha untuk mencari al hikmah,
yang mempunyai pengertian dasar yang sama dengan filsafat. Al-Hakim, yang
berarti orang yang memiliki al hikmah disebut juga
sebagai filosof.
Islam datang dengan membawa
Al-Quran sebagai sumber dan dasarnya. Al-Quran juga disebut sebagai Al-Hakim
(QS. Yasin ayat 1-2), dan ini berarti bahwa Al-Quran adalah merupakan sumber
dan perwujudan al hikmah atau filsafat dalam Islam. Al-Quran juga menegaskan
bahwa usaha mencari al hikmah (berfilsafat) itu hanya mungkin dikerjakan oleh
orang yang berakal. (QS. Al-Baqarah ayat 269).
Dengan demikian jelas bahwa
usaha mencari al hikmah, menurut ajaran Islam, hanya mungkin dikerjakan dengan
menggunakan akal pikiran. Usaha mencari al hikmah, kebajikan dan
kebijaksanaan dengan menggunakan akal pikiran, adalah merupakan pengertian
dasar dari filsafat. Jadi, al hikmah dan usaha mencari al hikmah, tidak lain
kecuali "filsafat dan berfilsafat" dalam Islam.
Kalau filsafat pada umumnya telah
sampai pada kesimpulan ontologis tentang adanya sebab pertama (causa prima)
dari adanya segala sesuatu, ternya apa dan bagaimana adanya Causa Prima
tersebut. Filsafat tidak mampu memberikan jawaban pasti. Berbagai bentuk dari
ragam budaya adalah merupakan jawaban falsafati tentang adanya Causa Prima
tersebut. Dalam hal ini Islam menegaskan bahwa causa prima tersebut adalah yang
mencipakan alam dan sekaligus mengembangkan alam, yaitu Allah SWT.
Tumbuh dan berkembangnya alam
pikiran falsafati dalam dunia Islam tersebut, disebabkan karena beberapa
faktor, antara lain sebagaimana diungkapkan oleh M.M. Syarif
1.Sumber Islam yang asli dan murni yaitu berupa ayat-ayat
Al-Quran dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW.
2.Bersumber dari budaya dan pemikiran bangsa-bangsa yang
kemudian masuk Islam.
3.Bahan terjemahan dari bahasa asing.
Dari garis besarnya bentuk
sistem filsafat yang berkembang dalam dunia Islam tersebut. Sebagaimana
diringkaskan oleh Ahmad Fuad Al-Ahwany dalam "Al-Fasafah Al-Islamiyah"
adalah (1) pemikiran-pemikiran falsafati dalam ilmu kalam, (2)
pemikiran-pemikiran falsafati dalam Tasawuf, (3) pemikiran-pemikiran falsafati
dalam Fiqh dan (4) pemikiran-pemikiran falsafati dalam ilmu pengetahuan.
Dalam sistem ilmu kalam (theologia
Islam) digunakan dalil-dalil nakli yang berupa penegasan - penjelasan dari
wahyu, dan dalil-dalil akli, yaitu penggunaan alal
pikiran. Falsafati dalam tasawuf (sufisme) yaitu kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhannya, dan pada hakikatnya
manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali
kepada-Nya. Falsafati dikalangan Fuqaha, dalam usahanya untuk memahami hakikat
syariat Islam dan menetapkan hukum-hukum syari'at secara terperinci, telah merumuskan sesuatu sistem berpikir yang khas, sebagaimana nampak
pada ilmu usulfiah. Usul Fiqh tersebut adalah, merupakan penjabaran dari sistem
ijtihad yang telah ada dalam sunnah Nabi dan dipraktekkan secara nyata oleh
para sahabat, kemudian dikembangkan serta dibuat kaidah-kaidahnya oleh para
Fuqaha (para ahli Fiqh).
Perkembangan
ilmu pengetahuan dalam dunia Islam pada masa jayanya, tidak lepas dari
pengaruh fisafat Yunani dan pemikiran-pemikiran tentang alam yang telah ada
sebelumnya. Sebagaimana diketahui bahwa filsafat sebagai induk ilmu
pengetahuan. Bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan alamiah telah dikembangkan
oleh ahli-ahli dan filosof-filosof dikalangan muslim yang kemudian secara
berangsur-angsur berpindah ke dunia Barat sebagai berikut :
1.Dalam bidang Matematika : Teori Bilangan, Aljabar, Geometri
Analit, Trigonometri.
2.Dalam bidang Fisaka : Mekanika, optika.
3.Dalam bidang kimia : Al kimia
4.Dalam bidang Astronomi : Mekanika benda langit
5.Dalam bidang Geologi : Geodesi, Mineralogi, Meteorologi.
6.Dalam bidang Biologi : Phisiologi, Anatomi, Botani dan
Zoologi, Embriologi, Pathologi.
7.Dalam bidang Sosial : Politik.
Dalam segi metodologi ilmiah
ternyata bahwa ahli-ahli ilmu pengetahuan dan filosof dari kalangan kaum
muslimin adalah merupakan printis-perintisnya. Pola berfikir
rasional dalam dunia ilmu pengetahuan sebenarnya dikenal oleh ahli-ahli pikir.
Barat lewat pembahasannya ahli-ahli falsafah Islam terhadap Falsafat Yunani
yang dilakukan antara lain oleh Al Kindi (809-873 M), Al Farabi (881-961 M),
Ibnu Siria (980-1037 M) dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M). Sarjana Islam juga
menyumbang kemajuan ilmu dengan pengembangan Aljabar oleh Al Khawarismi,
Geometri oleh Al Battani, serta penggunaan angka desimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak kalian,, -__-